Minggu, 24 Maret 2013

Informasi Teknologi Terbaru




Ada banyak upaya untuk menjadikan perangkat smartphone sebagai perangkat produktivitas layaknya PC. Upaya ini muncul seiring makin kuatnya kemampuan smartphone dan makin terikatnya seseorang dengan perangkat itu.

Salah satu vendor smartphone yang menginginkan hal itu adalah BlackBerry. Perusahaan Kanada itu juga berharap ponsel terbarunya dapat mempermudah hidup pengguna agar tak perlu lagi membawa perangkat tambahan.

CEO BlackBerry Thorsten Heins kepada stasiun televisi ABC, mengatakan, BlackBerry 10 terobsesi menjadi pusat komputasi, menggantikan laptop dan tablet. Ia pun berbicara tentang harapan BlackBerry 10 tahun ke depan.

"Kita berbicara tentang pengalaman komputasi mobile untuk pengguna. Anda hanya perlu membawa satu perangkat komputasi, maka Anda mendapat peripheral di sekitar dan membuat hidup Anda jauh lebih mudah daripada seperti sekarang yang harus membawa tablet, smartphone, laptop, dan di kantor memiliki desktop," ujar Heins seperti dikutip dari The Verge, Jumat (22/3/2013).

Ide semacam ini tak hanya dipikirkan oleh Heins dan BlackBerry. Beberapa produsen ponsel pintar telah memikirkan hal serupa, agar perangkat mobile yang berukuran lebih kecil dan ringan, mampu menggantikan peran komputer.

Motorola mencoba memberi solusi dengan menghadirkan Lapdock, sebuah produk aksesori dock keyboard dan layar menyerupai laptop kecil namun tak disertai prosesor, memori, atau media penyimpanan. Ponsel pintar akan berperan sebagai otak penggerak Lapdock, tentu saja dengan bantuan software.

Namun sayang, produk seperti ini kurang diterima pasar. Motorola menghentikan produksi Lapdock pada Oktober 2012.

Perusahaan Asus asal Taiwan, menawarkan konsep berbeda dalam lini produk Padfone. Perangkat ini terdiri atas ponsel pintar dan tablet bersistem operasi Android. Fungsi tablet tak bisa digunakan jika ponsel pintar tidak ditancapkan pada bagian belakang tablet.

Hingga kini Padfone sudah mencapai generasi kedua, namun perangkat ini belum bisa menembus pasar yang lebih luas.

Dari berbagai upaya itu, memang sejauh ini belum bisa dikatakan smartphone mampu menggantikan PC sepenuhnya. Namun, agaknya para produsen smartphone belum akan menyerah dalam waktu dekat. Tunggu saja kiprah berikutnya.


3 Nasihat Bisnis dari CEO Google







Google adalah salah satu contoh perusahaan yang sukses berkat adanya inovasi yang terus-menerus. Berawal dari sebuah mesin pencari, perusahaan yang didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin itu kini telah menciptakan beragam aplikasi dan layanan serta merajai Internet.

Ada beberapa kebiasaan unik yang dikembangkan Google untuk memupuk budaya inovasi dan kreativitas dalam perusahaannya. Salah satunya adalah pertemuan mingguan. Setiap karyawan Google dari seluruh dunia bebas memberikan pertanyaan kepada para eksekutif Google, baik secara langsung maupun melalui email.

Para karyawan juga dapat memberikan kritik ataupun mengemukakan ide-ide mereka kepada para pemimpin perusahaan.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh Wired.com, CEO Google, Larry Page, menyampaikan beberapa tips sukses perusahaannya dalam berbisnis. Berikut adalah beberapa nasihatnya yang sangat menarik.

1. Lakukan hal-hal yang "gila"


Banyak perusahaan besar menjadi lengah dan lupa berinovasi. Hal itu dihindari oleh Google dengan memupuk budaya inovasi di lingkungan perusahaannya. Setiap karyawan di perusahaan ini dituntut untuk "Think Big", berpikir dan melakukan hal-hal yang tidak biasa.

Sejak kecil, Page bermimpi untuk menjadi seorang penemu. Dia tidak hanya ingin bisa menciptakan produk yang hebat, tetapi juga ingin mengubah dunia. Mimpi itu tetap hidup hingga kini dan dia wujudkan bersama Google.

Bagi Page, kepuasan adalah ketika dia dan timnya bisa mengembangkan inovasi 10 kali lipat dari yang telah mereka kembangkan sebelumnya. Jadi, tak heran jika inovasi menjadi inti dari bisnis Google. Lihat saja Gmail, layanan email yang menawarkan kapasitas penyimpanan 100 kali lebih besar ketimbang kapasitas yang diberikan oleh layanan-layanan email lainnya.

Google juga telah menciptakan layanan penerjemah berbagai bahasa serta melahirkan Google Maps dan Google Drive, layanan penyimpanan data berbasis teknologi cloud computing. Selain itu, masih ada YouTube, Android, dan Chrome yang menarik dan telah digunakan banyak orang.

Google bahkan dikabarkan membangun sebuah proyek dan lab khusus bernama Google X. Berbagai fasilitas dalam lab Google X dibuat untuk mendukung riset Google untuk menciptakan beragam teknologi masa depan, seperti mobil yang bisa berjalan sendiri dan kacamata berbasis teknologi Augmented Reality.

“Jika tidak melakukan hal-hal gila, kamu melakukan hal-hal yang salah,” kata Page. Sebagai CEO, dia selalu mendorong timnya untuk berinovasi.

2. Inovasi harus diikuti dengan komersialisasi


Inovasi yang sukses harus diikuti dengan komersialisasi. Page mencontohkan Xerox PARC, salah satu anak perusahaan Xerox Corp, yang didirikan pada tahun 1970. Xerox PARC terkenal dengan berbagai inovasinya di bidang teknologi dan hardware. Beberapa inovasinya memegang peranan penting dalam dunia komputasi modern, di antaranya, ethernet, graphical user interface (GUI), dan teknologi laser printing.

"Namun, mereka tidak fokus pada komersialisasi," kata Larry. Hal itulah yang membuat Xerox PARC gagal.

Larry memberikan contoh lain, yakni Tesla. Tesla adalah salah satu perusahaan yang dia kagumi, yang mengembangkan mobil inovatif. Namun, perusahaan yang didirikan oleh Nikola Tesla itu menghabiskan 99 persen tenaganya untuk mengembangkan produknya agar disukai banyak orang. Hal itulah yang menyebabkan Tesla akhirnya jatuh.

Xerox PARC dan Tesla gagal karena hanya fokus pada inovasi. Setiap perusahaan membutuhkan dua hal untuk sukses, yakni inovasi dan komersialisasi.

3. Jangan fokus pada persaingan


Google berbeda dari perusahaan-perusahaan teknologi lainnya. Google fokus pada pengembangan produk-produk dan layanannya, bukan fokus pada kompetisi.

"Apa yang menarik dari bekerja jika hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengalahkan perusahaan lain yang melakukan hal yang sama dengan kita? Itulah yang membuat banyak perusahaan jatuh secara perlahan. Mereka cenderung melakukan hal yang sama dengan yang pernah mereka lakukan dan membuat beberapa perubahan kecil," kata Page.

Menurut Page, memang wajar jika banyak orang ingin mengerjakan hal-hal yang mereka yakin tidak akan gagal. Namun, untuk sukses, perusahaan teknologi perlu membuat suatu perubahan yang besar.

Ketika merilis Gmail, misalnya, Google masih menjadi sekadar perusahaan mesin pencari. Menciptakan layanan email berbasis web merupakan suatu lompatan besar bagi Google, apalagi Gmail berani menyediakan kapasitas penyimpanan email yang sangat besar jika dibandingkan penyedia layanan serupa pada saat itu.

Pada saat mengembangkan Gmail, sudah ada beberapa perusahaan lain yang memiliki mesin pencari. Gmail tidak akan ada jika Google hanya fokus untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan itu. Google memilih untuk fokus mengembangkan produk-produk dan layanannya.